Nusakambangan memiliki apa yang dibutuhkan sebuah pulau narapidana dan medan pelatihan prajutit komando. Belasan kilometer tebih curam di selatan yang terhadang ombak samudra, topografi bergelombang di tengah dan rawa-rawa di utara yang mencapai 20 prosen dari luas pulau.
Selama bertahun-tahun lembaga permasyarakatan (LP) dan pasukan komando Indonesia berdampingan menggunakan eda yang sama. Lokasi penjara oleh militer digunakan sebagai tempat latihan pembebasan tahanan. Di Permisan, sebuah penjara baru dengan sistem pengamanan super ketat dibangun pada jarak ratusan meter saja dari pantai tempat pelantikan prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang legendaris.
Sebagai pulau narapidana, Nusakambangan pernah dihuni tokoh-tokoh dunia kriminal, ratusan tahanan politik 1960-an, dan juga sejumlah nara pidana kerah putih masa kini. Kisah-kisah pelarian yang hampir semuanya gagal menumbuhkan mitos, pulau ini tidak mungkin dapat ditembus oleh narapidana yang mencoba melarikan diri.
Nusakambangan terletak ditepi Samudra Hindia, tidak jauh dari batas lempeng Indo-Australia yang bergerak 5-6 cm per tahun. Nusakambangan merupakan malaikat elindung yang hampir sempurna bagi daratan Cilacap. Tsunami yang memporakporandakan Pangandaran di 2006 hanya sedikit menimbulkan kerusakan di Semanjung Bunton.
Apakah Nusakambangan tidak seharusnya tetap dijaga terbebas dari eksploitasi alam? Pertanyaan yang menggelisahkan warga mulai muncul pada 1974 Soeharto menyatakan Nusakambangan terbuka bagi investor dan PT Semen Nusantara (sekarang PT Holcim Indonesia Tbk Cilacap Plant) diberi hak menambang batu kapur di area seluas 1.000 ha hingga kini. Warga Kampung Laut merasakan perusakan alam Nusakambangan telah mengakibatkan berkurangnya pasokan air bersih, padahal mereka mengandalkan pasokan air bersih dari Pulau Nusakambangan yang disalurkan melalui pipa ke rumah-rumah mereka.
Banyak kawasan hutan di Nusakambangan yang telah dibuka sebagai areal penambangan oleh Holcim hingga sekarang belum direklamasi. Ada hutan di sebuah bukit di Nusakambangan yang telah dibuka Holcim beberapa tahun lalu tetapi tidak jadi untuk areal tambang dan hingga sekarang belum direklamasi. Pemerintah Kabupaten Cilacap seolah lepas tangan terhadap kerusakan hutan Nusakambangan oleh Holcim. Cara-cara suap sering dilakukan Holcim, Rahmat Hidayat, pegawai Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Jawa Tengah Seksi Konservasi Wilayah II Pemalang-Cilacap pernah menceritakan kisah salah satu polisi hutan seniornya yang sangat kritis terhadap Nusakambangan, pernah diundang ke sebuah hotel di Purwokerto (14/4/2010).
Kurang tegasnya sikap Pemkab Cilacap ditunjukkan oleh pernyataan Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Cilacap, Sunarno (31/3/2010). Menurutnya kekhawatiran masyarakat akan kerusakan lingkungan yang berakibat beralihnya fungsi Pulau Nusakambangan dianggap berlebihan. Luas area tambang batu kapur hanya tiga persen dari luas Pulau Nusakambangan, selain itu PT Holcim Indonesia melaksanakan reklamasi dan revegetasi/penghijauan terhadap lahan bekas tambang sebagai upaya kelestarian lingkungan hidup. Padahal hingga 2009, PT Holcim Indonesia Tbk Cilacap hanya mereklamasi lahan bekas tambang kapur di Pulau Nusakambangan, Jawa Tengah, seluas 17,76 hektare dengan jumlah pohon 6.670 batang. Sementara luas area tambang hingga 2009 mencapai 112,45 hektare.
Kini, aktivitas penambangan yang dilakukan Holcim di Nusakambangan sudah termasuk merusak bentang alam. Holcim meratakan bukit dan menggali dataran rendah untuk diambil bahan tambangnya. Pengambilan bahan tambang menggunakan bahan peledak juga dapat merusak kondisi alam sekitar. Perluasan tambang aktif terus bertambah karena jarak lokasi tambang sangat dengan pabrik dan bisa menggunakan alat transportasi kapal. Izin eksploitasi yang dikantongi Holcim hingga 11 September 2023. Pada saat itu, banyak kalangan memprediksikan luas tambang mencapai 350 hektare atau 0,52 persen luas Pulau Nusakambangan. Nasib Nusakambang tinggal menunggu hari, Himacita mau bertindak apa?
Sumber :
Yossy Suparyo
http://himacita.or.id/2011/02/nasib-nusakambangan-tinggal-hitungan-hari/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar